LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 1 PERCOBAAN I


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 1

PERCOBAAN  I
SIFAT-SIFAT MOLAR PARSIAL
  

 


                                            
NAMA                                : RATNA DEWI
STAMBUK                         : G 301 16 031
KELOMPOK                      : II (DUA)
ASISTEN                            : -


LABORATORIUM KIMIA FISIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017




PERCOBAAN I
SIFAT-SIFAT MOLAR PARSIAL
       I.           Tujuan Percobaan
Tujuan percoban ini yaitu menentukan densitas dari zat cair serta mempelajari pembahasan matematika sifat-sifat larutan.
    II.            Tinjauan Pustaka
Volume molar parsial adalah kontribusi pada volume, dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total. Volume molar parsial Suatu komponen berubah-bah tergantung pada komposisi karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya beruba dari a murni ke b murni. Peruahan lingkungan molekuler dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghasilkan variasi. Sifat termodinamika campuran jika komposissinya berubah (Dogra, 1990).
Salah satu sifat-sifat parsial yang ada yakni sifat molar parsial yang ada yakni sifat molar parsial yang lebih mudah di gambarkan dengan volume molar parsial, yakni konstribusi pada volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total (Dogra, 1990).
Volume molar parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap campuran. Selain itu dalam mencampurkan suatu zat tertentu kita juga harus mengetahui volume molar parsial dari zat-zat tersebut. Jadi, sangatlah penting untuk mengetahui volume molar parsial dari zat komponen larutan (Atkins, 1993).
Secara matematik sifat molar parsial didefinisikan dimana J1 merupakan sifat molar parsial dari komponen ke-1. Secara fisik J1 berarti kenaikandalam besaran termodinamika 1 yang dimana dapat diamati bila suatu mol senyawa 1 ditambahkan kesuatu sistem yang besar sehngga komposisinya tetap konsisten pada temperatur dan tekanan konstan, persamaan dapat di tulis sebagai dj (Dogra, 1990).
Dalam termodinamika dikenal adanya 2 tipe perubahan yaitu tipe perubahan ekstensif yang bergantung pada jumlah fase misalnya volume, entropi, energi dalam, dan entalpi, serta perubahan intensif yaitu perubahan yang tidak bergantung pada jumlah fase contohnya tekanan dan suhu (Atkins, 1993).
Ada 3 sifat termodinamika molal parsial utam yakni volume molar parsial dari komponen dalam larutan, entalpi molal parsial, dan energi bebas molal parsial. Suatu hal yang harus di ingat adalah bahwa sifat molar parsial dan suatu komponen dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa murni adalah sama jika suatu larutan tersebut ideal (Dogra, 1990).
Densitas (rapatan) adalah rasio suatu massa terhadap volume, densitas (d)= massa per volume. Dimana massa dan volume adalah sifat ekstensif. Sifat ekstensif bergantung pada kuatitas materi yang diamati.
Jika suatu densitas air murni pada 25 (massa/volume) memiliki nilai yang khas, apakah sampai mengisi gelas piala kecil (massa kecil /volume kecil) atau kolam renang (massa besar /volume besar) (Petrucci, 2007).
Perhitungan dapat dilakukan dengs beberapa cara yaitu metode grafik dan metode analitik. Pada metode grafik nilai J di plot sebagai suatu fungsi komposisi larutan dengan menjaga semua komposisi komponen lain tetap kecuali satu. Jika plit ini linear, kemiringan garis tersebut akan menjadi besaran molal  parsial dari komponen itu.ini juga memperlihatkan bahwa sifat-sifat molal parsial dari komponen-komponen itu tidak bergsntung pada konsentrasi. Dalam metode analitik jika harga ekstensif dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi aljabar dari komposisi terebut, sifat molal parsial dapat dihiitung secara analitik (Dogra,1990).
Basaran suatu padatan atau gas dalam suatu larutan biasanya dinyatakan sebagai molalitas dari pada fraksi mol. Misalnya kebanyakan data bebas tentang pembentukan zat larutan encer mengacu pada keadaan rujukan bermolalitas satu, ini merupakan hal yang umum dan molalitas memiliki arti teori yang kurang dari fraksi mol (Bird, 1993).
Molal atau molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol solute dalam satu kg solvent. Berarti molalitas merupakan perbandingan antara jumlah mol solute dengan massa solvent dalam kg. Molalitas suatu zat terlarut adalah jumlah mol tiap kg zat pelarut. Hal ini memiliki sifat molal parsial yang pentin mudah digambarkan adalah volume molal parsial komponen dalam sampel terhadap volume total (Chang, 2005).
Neraca analitik umumnya mempunyai ketelitian yang sangat tinggi hingga 4 angka di belakang koma. Karena mempunyai ketelitian yang sangat tinggi maka umumnya neraca analitik dilengkapi dengan penutup. Pada ketiga sisi penutupnya terbuat dari kaca, sehngga lengan beban dapat dilihat dari luar, pada bagian penutup disisi kanan dan kiri dapat digeser untuk pintu memasukkan dan mengeluarkan sampel yang akan di timbang (Khamidinal, 2009).
Kerapatan air beruabh dengan berubahnya suatu temperatur. Satuan yang biasanya di jumpai untuk volume adalah liter. Bila suatu kerapatan lebih kecil, benda akan mengapung. Berat jenis adalah bilangan tak berdimensi yang sma dengan besarnya kerapatan bisa dinyatakan dalam gr/cm3 atau dalam kg/L (Tipler, 1998).
Etanol atau biasa disebut juga etil alkohol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna, dan merupakan alkohol yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan psiko aktif (obat) dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol memiliki sifat tidak berwarna dengan berat molekul 46,1 dan titik didih 78,3 oC. Etanol membeku pada suhu -117,3 oC, kerapatan atau denitas 0,789 g/cm3 (Wahyuni, 2012).
Menurut khamidinal (2009), piknometer memiliki prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruangan yang ditempati cairan tertentu. Ketelitian piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambhanya volume piknometer. Optimum ini terletak sektar isi ruang 30 mL. Piknometer terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe botol dan tipe pipet.
Piknoeter merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur massa jenis suatu zat cair. Piknometer tersedia ketelitian yang berbeda. Tetapi dar setiap ukuran itu menjadi patokan dalam menentukan densitas zat cair. Ukuran yang biasa tersedia dilaboratorium kimia adalah jenis piknometre dengan ukuran 10 mL. Piknometer umumnya terbuat dari gugus dengan bentuk badan bulat silinder. Piknometer disertai dengan penutup yang etrdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara yang sangat mengkin berada dalam botol (Khamidinal, 2009).

 III.            Metode percobaan
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari senin, tanggal 13 November 2017 pukul 14.000 wita-selesai. Bertempat di laboratorium kimia fisik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik, piknometer, pipet tetes dan botol semprot.
Bahan yang digunakan yaitu akuades, etanol 30%, etanol 40%, etanol 50%, etanol 60%, dan etanol 70%.
3.3 prosedur kerja
Ditimbang piknometer dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian dimasukkan akuades kedalam piknometer hingga penuh (jangan sampai ada gelembung) lalu ditutup dan ditimbang menggnakan neraca analitik. Dilakukan 3X percobaan. Setelah itu dilakukan hal yang sama menggunakan larutan etanol.

 IV.            Hasil dan Pengamatan
4.1 Hasil pengamatan
No
Sampel
Densitas (gr)
Nilai rata-rata (gr)
I
II
III
1.
Akuades




2.
Etanol 30%




3.
Etanol 40%




4.
Etanol 50%




5.
Etanol 60%




6.
Etanol 70%





Massa p1 kosong = gr
Massa p2 kosong = gr
Massa p3 kosong = gr

4.2 Analisis data
1. Mencari densitas
a.    Densitas baku
D =  berat piknometer isi – berat piknometer kosong
Volume piknometer (10 mL)
b.   Densitas rata-rata
D = ( D1 + D2 + D3 ) : 3
2. Mencari berat –
3. Mencari mol
Mol(n) = gr/mr
4. Mencari fraksi mol
X = n1 : n1 + n2
5. Perhitungan regresi
No.
X (konsentrasi etanol) %
Y (D etanol) gr/mL
X2
XY
1.
30



2.
40



3.
50



4.
60



5.
70



∑
250




Xrat = ∑x : n
Yrat = ∑y : n

b = n (∑xy) – (∑x) (∑y) : n (∑x2) – (∑x)2
yn = Yrat + b (Xn – Xrat)

4.3 Grafik
a. grafik sebelum regresi
b. grafik sesudah regresi

    V.            Pembahasan
------------------------------------------
 VI.            Penutup
6.1 kesimpulan
6.2 saran




DAFTAR PUSTAKA
Atkins, p.w. 1994. Kimia Fisik. Erlangga. Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI. Jakarta.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Petrucci,dkk. 2007. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Rineka Cipta. Jakarta.
Tippler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta.
Wahyuni, Sri. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Jurusan Kimia FMIPA UNNES. Semarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 1 PERCOBAAN II PENGARUH TEMPERATUR DAN KONSENTRASI REAKTAN PADA REAKSI ANTARA KMnO4 DAN H2C2O4 DALAM LARUTAN